The Story behind Lidya

Lidya Malini Ismail.
2 min readMay 28, 2023

--

Lidya Malini Ismail (cr: Pinterest)

Kata PERTAMA memiliki koneksi bersifat magis tak berwujud dalam kehidupan Lidya, barangkali itu adalah takdir yang sengaja Tuhan selipkan untuknya. Mendapat peringkat pertama saat di sekolah, juara pertama dalam perlombaan dan hal-hal yang terlalu panjang untuk disebutkan. Semua itu bukan sesuatu yang mudah juga bukan hal sulit untuk dia dapatkan, kerja keras dan pengorbanan adalah bayaran yang setimpal. Akan tetapi, Lidya menyadari satu hal, bahwa kata pertama yang tidak cocok untuknya adalah menjadi anak pertama.

Lidya Malini Ismail adalah putri sulung dari tiga bersaudara. Ayahnya berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil di kota Bogor sedangkan Ibunya adalah Ibu Rumah Tangga merangkap pengawas vila ‘suka-suka’ di Puncak, kadang muncul di vila, kadang di rumah menonton serial drama korea. Vila warisan itu saat ini dikelola oleh adik keduanya, langkah baik untuk berhemat dalam mengurus bisnis keluarga.

Masa kecil Lidya tidak banyak diisi oleh kenangan manis. Namun, tidak berbeda juga dengan anak-anak lain pada umumnya, bermain dan belajar. Jika bermain, Lidya lebih banyak mengamati dan menunggu, kata mereka (teman-temannya) pemain sudah penuh atau tunggu giliran untuk ikut bergabung. Namun, ketika sore menjelang, jarang sekali ada giliran untuknya. Maka dari itu, Lidya memutuskan lebih banyak menghabiskan waktu bergumul dengan tumpukan buku atau mengumpulkan bunga-bunga liar untuk dikeringkan sebagai pemanis buku diary miliknya. Tidak jarang dia disebut kutu buku.

Hubungan Lidya dengan orang tua tergolong biasa-biasa saja, tidak terlalu dekat juga tidak jauh. Perbedaan jelas terjadi dengan adik kedua dan ketiga. Sosoknya sebagai anak sulung adalah dominan, perdebatan dan pertengkaran tiada akhir sudah menjadi makanan sehari-hari sampai pada titik dimana orang tua mereka tidak ada yang berani lagi ikut campur. Acapkali orang-orang awam melabelkan dirinya sebagai pribadi galak, dingin dan judes, Lidya tidak pernah terusik dengan komentar-komentar yang kemungkinan besar adalah benar.

Meski dibekali dengan keuntungan terlahir dari keluarga yang berkecukupan secara materi, Lidya mulai mencari penghasilan tambahan sejak dia kuliah. Pekerjaan pertamanya adalah guru les untuk mengajar anak-anak tetangga sekitar komplek dari sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama. Lanjut setelah lulus pendidikan, Lidya mulai bekerja di salah satu perusahaan sepuluh terbesar di Indonesia dan menjalani kehidupan dewasa dalam dunia nyata.

Mungkin bagi beberapa orang, kisah Lidya adalah satu berbanding ribuan umat manusia yang bernasib mujur. Namun, menurutnya tidak ada orang yang benar-benar mengerti dengan apa yang dia rasakan atau apa yang dia inginkan, karena perempuan itu lebih memilih untuk menanggung bebannya sendiri. Kewajiban dan tanggung jawab sebagai anak untuk membanggakan kedua orang tua serta menjadi inspirasi dari sosok anak pertama bagi kedua adiknya adalah beban yang berpengaruh besar bagi dirinya.

Belakangan ini Lidya merasa limbung, timbul keraguan akan pilihan hidup yang sedang dia jalani, apakah sesuai dengan yang diinginkan atau semua ini hanya lanjutan dari apa yang semestinya?

Akankah ada jalan hidup baru bagi Lidya?

--

--

Lidya Malini Ismail.
0 Followers

ℳerely a fiction. Only fake flowers are flawless.